
Kota Depok (09-04-2025) – Ribuan warga NU berbondong memadati Pondok Pesantren Mahir Arriyadh Husnayain, Leuwinanggung, Tapos, Kota Depok asuhan KH. Ahmad Bukhori, ulama dan tokoh tariqat (Pimpinan Majelis Sima’an Al-Quran MANTAB), sekaligus pengasuh Majelis Sewelasan dan Dzikrul Ghofilin, yang juga sesepuh Nahdlatul Ulama Kota Depok, pada acara Grebeg Syawal 1446 H (Rabu, 09/04).
Mbah Mad (sapaan Akrab KH. Ahmad Bukhori) adalah pengamal ajaran tasawuf, yang terus istiqomah mendidik warga NU dalam menjalankan amalan rutinan, istighosah, manaqib, dan maulidan di Kota Depok. Jamaah mbah mad mencapai ribuan dan tersebar di berbagai penjuru kota.
Dalam sambutanya, Ketua PCNU Kota Depok KH. Ahmad Solechan menyatakan bahwa tradisi grebeg syawal adalah tradisi lama yang baik, yang perlu terus untuk dirawat. Di dalamnya ada kandungan makna ibadah, silaturahim, dan saling maaf memaafkan. Tradisi grebeg syawal menjadi inovasi program kepengurusan PCNU Kota Depok masa khidmat 2024-2029. Dibawah kepemimpinan KH. Ahmad Damanhuri (Rais Syuriah), dan KH. Achmad Solechan (Ketua Tanfidziyah) PCNU Kota Depok melakukan banyak inovasi berbagai program.
KH. Nasihun Syahroni, selaku ketua Yayasan Pondok Pesantren Mahir Arriyadh Husnayain, Kota Depok menyambut dengan senang, rombongan PCNU Kota Depok di pesantrennya, dalam kesempatan syawal. Bagi Kiai Syahroni NU Depok hari ini tidak ada lelahnya, terus bekerja dan melayani warga dan umat. Beliau mendoakan agar perkhidmatannya bisa terus dijaga dan dilestarikan, serta tetap semangat dalam berkhidmat kepada umat.
KH. Moh. Abdul Mujib pengasuh pesantren Assa’adah, Kota Depok memberikan mauidzhoh hasanah dan ceramah keagamaan kepada jamaah Rutinan Sewelasan Pondok Pesantren Mahir Arriyadh Husnayain sekaligus rangkaian Grebeg Syawal 1446 H PCNU Kota Depok di Leuwinanggung, Kota Depok (9-04-2025).
Dalam ceramahnya KH. Moh. Abdul Mujib menyampaikan pesan-pesan taqwa. Salah satu isi pesan ceramahnya, yakni disampaikan paramater orang-orang yang berhasil dalam puasa diantaranya: suka berbagi, rajin silaturahim, suka berbagi makanan, dan sholat di waktu malam pada saat yang lain tidur.
Menurut Kiai Mujib sapaan akbarnya, tiga per empat ajaran Islam untuk diamalkan setelah puasa ramadhan, lebih banyak hubungannya dalam hal sosial, membangun kepedulian sosial. Menurutnya soleh individu saja tidak cukup, tapi juga perlu soleh sosial.
Di Nahdlatul Ulama, pertama diajarkan syariat tanpa tariqah itu kosong. Misalnya sholat belum khusyuk, maka sholat harus dhohir dan batin. Harus bersama antara belajar fiqih dan belajar tasawuf. Kalau tidak dilakukan bersamaan, maka yang terjadi beragama tapi miring, tidak tegak.
Kedua, Fisik butuh makanan, batin juga butuh zikiran. Keserasian antara ucapan dan tindakan harus serasi (matching). Memang tidak mudah. Tapi harus belajar.
Ketiga, Al jafa kita tidak menjadi besar kepala gara gara dipuji. Tapi juga tidak menjadi marah, gara gara dihina.
Acara yang dihadiri ribuan jamaah ini ditutup dengan ramah tamah dan makan bersama, khas tradisi nahdlatul ulama di berbagai pesantren. Ini wujud kepedulian NU menjaga dan merawat umat yang kokoh dan bersatu.
Kontributor: Ahmad Munir